Laman

Jumat, 16 Maret 2012

The Time Has Gone [Part 8]

Judul           : The Time Has Gone [Part 8]
Cast                 : Im Yoona, Lee Donghae, Lee Hyukjae, Kwon Yuri
Other cast        : Jung Jessica, Cho Kyuhyun, Shindong, Lee Min ah, Lee Seung Gi
Genre              : Romance, Friendship
Type                : Series
Author             : Lee Yeun-Ja

Lee Donghae POV
“Yoong berhentilah. Kau bisa kehabisan darah nanti.”.
“Oppa kau tahu aku tidak mau berhenti di tengah jalan. Aku akan baik-baik saja oppa.”.
Donghae tak kuasa melihat wajah Yoona yang kesakitan. “Sunye-ssi kumohon jangan kau sakiti Yoona. Dia tidak tahu apa-apa, Sunye-ssi akan kulakukan semua yang kau inginkan tapi kau lepaskan Yoona.”, ujar Donghae.
Sunye menatap wajah Donghae lekat-lekat seraya mendekati Donghae, “Oppa, semua sudah terlambat. Kesabaranku sudah hilang, aku tidak lagi menginginkanmu lagi, oppa. Yang kuinginkan hanya melihatmu dan Yoona menderita dan kalian akan merasakan penderitaan yang kurasakan saat ini dilukai oleh orang yang paling kau cintai.”
Tanpa merasa kasihan pada Yoona, Sunye melempar beberapa botol soju pada tubuh Yoona. Prank!
“Aw... eonni....!”, suara Yoona melemah, ia pun jatuh pingsan dan cairan merah merembes keluar dari keningnya.
“YOONG!!!”
BRAK!!
Tiba-tiba pintu terbuka lebar dan dalam sekejap ruangan itu sudah dipenuhi oleh polisi. Wajah Sunye berubah seketika, ia terkejut dan juga ketakutan.
“Sunye-ah? Neo?!”, jerit Jessica setelah ia masuk ke dalam ruangan.
“YOONA?!? Gwenchana? Yoong sadarlah!”, teriak Yuri sambil memeluk tubuh Yoona.
Tanpa memperdulikan ikatan yang membelit tangan dan kakinya, ia menggeserkan tubuhnya sedikit demi sedikit. Seakan tersadar bahwa ada korban lain di ruangan itu Hyukjae bergegas mendekati Donghae dan melepaskan ikatan di tangan dan kakinya. Donghae pun berlari menghampiri tubuh mungi Yoona dan tanpa kesulitan sedikitpun Donghae membopong tubuh Yoona. “Hyukie, cepat siapkan mobil kita ke rumah sakit. CEPAT!!!”, teriak Donghae.
“Ne, haraso.”
 “Yoong, mianhae. Oppa tidak bisa menjagamu. Mianhae, Yoong!”
“Oppa...”
“Yoong?! Kau sadar? Syukurlah!”, sahut Donghae.
“Oppa, tolong bantu Sunye eonni. Walaupun dia salah tapi itu semua karena eonni tidak tahu bagaimana mengungkapkan rasa cintanya dengan benar. Oppa tolong kau bantu dia.”, bisik Yoona terbata-bata.
“Hajiman, Yoona dia sudah mencelakakan kalian berdua.”, sahut Hyukie.
“Ne, haraso. Sekarang kau tidak usah mengkhawatirkan hal itu dulu. kita ke rumah sakit dulu. Haraso.”
“Donghae! Neo...”
“Hyukie, sudahlah lebih baik kau konsentrasi menyetir.”, ucap Donghae pada Hyukie.
Sesampainya di rumah sakit tuan Im sudah menunggu di depan pintu bersama beberapa perawat. Dan Yoona langsung dibawa mereka ke ruang operasi. Tuan Im sangat mengkhawatirkan Yoona itu nampak jelas sekali di wajahnya. Dan selama Yoona di dalam ruangan operasi sekalipun tuan Im tidak meninggalkan ruang tunggu bahkan untuk sekedar membeli minum.
“Oppa, gwenchana?”, tegur Jessica pada Donghae.
“Oh, ne gwenchana. Bagaimana Sunye?”
“Polisi mengatakan akan menyelidiki kasus ini hingga usai. Sunye sejak tadi hingga aku dan Kyu oppa pergi terus-menerus berteriak memakimu dan juga Yoona. Oppa mianhe karena aku kalian semua terkena imbasnya.”
“Anni! Ini semua sudah takdir aku tidak akan menyalahkan siapa-siapa dan aku pun yakin Yoona akan melakukan hal yang sama.”, ujar Donghae sambil berjalan menjauhi ruang operasi.
“Hyung, kau mau kemana?”, tanya Kyuhyun.
“Ke kantin. Aku akan membeli beberapa makanan.”
“Mau kutemani?”, tanya Hyukie.
“Anii. Biar saja aku sendiri. Kau disini saja temani Yuri. Kulihat dia masih sangat syok.”
Donghae melangkahkan kakinya dengan gontai ke kantin dan tiba-tiba handphonenya bergetar Trrrt...Trrrt...Trrrt...
“Appa? Ne, gwenchana appa. Tapi aku tidak akan pulang malam ini, Yoona masuk rumah sakit jadi aku ingin menemani tuan Im di sini. Ne, gumawo appa.”, Donghae kambali berjalan menuju kantin setelah ia menutup telpon dari appanya.
Tidak terasa sudh 3 jam berlalu sejak Yoona masuk ruang operasi. Namun belum juga ada tanda-tanda operasi akan segera usai. Nampak jelas rasa khawatir dan juga lelah bergelayut di wajah Donghae, Yuri, Hyukie, Kyuhyun, Jessica dan tanpa kecuali tuan Im. Tidak lama kemudian pintu ruang operasi terbuka baik Donghae maupun tuan Im segera menghampiri dokter yang mengoperasi Yoona.
“Dokter bagaimana kondisi putri saya?”
“Kondisinya sudah stabil, semua pecahan kaca yang masuk sudah berhasil kami keluarkan.”
“Syukurlah.”, ujar Donghae bersama tuan Im.
“Namun yang saya khawatirkan adalah kepalanya yang terkena benturan cukup keras dan ia mengalami geger otak ringan.”
“Lalu apa yang akan terjadi pada Yoona?”, cecar Donghae.
“Kami belum yakin dampak yang terjadi pada pasien. Semua itu akan segera kita ketahui ketika pasien sadar.”
“Apa kemungkinan terburuk dari kejadian ini?”, tanya tuan Im.
“Putri anda akan mengalami hilang ingatan sementara. Mungkin saja ia akan melupakan kenangan-kenangan yang baru saja terjadi. Atau mungkin saja ia hanya mengalami pusing saja. Pasien akan segera dipindahkan ke kamar rawat anda bisa menjenguknya namun bergiliran saja karena selain pasien belum sadar, ia juga membutuhkan istirahat.”
“Ya, terima kasih dokter.”, ujar tuan Im seraya menjabat tangan dokter itu.
“Ajeossi, anda istirahat saja dulu. Di dekat rumah sakit ini ada sebuah penginapan.”, ujar Donghae.
“Anni. aku ingin menemani putriku di sini. Kau saja dulu yang pulang, keluargamu pasti mengkahawatirkanmu dan kalian semua juga.”, ujar tuan Im kepada Donghae dan yang lainnya.

@Kamar Inap Yoona
Tuan Im berjalan perlahan mendekati tubuh putrinya yang belum sadar.
“Yoona-ah, appa mianhe. Kau semakin cantik dan juga sangat mirip dengan eomma mu. dia sama sepertimu ceria dan sangat kekanak-kanakan. Appa ingat pertama kali appa bertemu dengan eomma mu kukira ia masih smp karena dia itu sangat kecil dan mungil juga imut. Dia berteriak pada appa kalau dia sudah berumur 18 tahun dan dia saat itu sudah kuliah tingkat satu, yup dia adik kelas appa. Appa langsung jatuh cinta pada eomma mu. Untung saja ketika kau lahir dokter memprediksi kalau kau akan tinggi sama sepertiku. Dan eomma mu langsung merengut ia mengatakan kalau ia tidak ingin lebih kecil dari anaknya kelak. Wajahnya lucu sekali. Yoong, mianhe appa tidak menemanimu selama kau menjalani hidupmu. Appa terlalu egois dan mementingkan urusan appa. Yoong appa mohon kau bisa memberikan appa kesempatan untuk berubah. Appa mohon, Yoong.”, ujar tuan Im panjang lebar dan tanpa terasa air mata jatuh di pipinya. Tuan Im menyentuh lembut wajah Yoona, hal yang tidak pernah ia lakukan sejak kematian isterinya 20 tahun lalu. Ia pun terlelap di samping Yoona sambil menggenggam erat tangan Yoona.

@Rumah Donghae
“Rumah sepi sekali mungkin mereka semua sudah tidur.”, ujar Donghae sambil berjalan menaiki tangga namun tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang sedang berbicara.
“Dasar gadis bodoh, hanya melakukan hal sekecil itu saja dia tidak mampu.”
Donghae terkejut mendengar nada suara yang begitu sinis dan kejam. “Ajeossi? Kau sedang berbicara tentang siapa?”, tanya Donghae tiba-tiba pada Shindong.
Shindong langsung berbalik dan tanpa sempat menyembunyikan wajah terkejutnya ia lalu berkata, “Oh? Kau sudah pulang? Hm itu tadi aku menonton drama seorang gadis yang berjuang demi cintanya pada pacarnya walaupun ia terluka. Benar-benar gadis bodoh.”
“Menurutku itu bukan tindakan bodoh, kalau kita memang mencintai seseorang bahkan jika kita tersakiti asal melihat orang itu bahagia kita juga akan bahagia.”
“Geulae? Hm...kalau begitu bertambah namja bodoh di dunia ini. Hehehe... sudah kau tidur sana istirahat kau pasti capek. Bagaimana kondisi Yoona? Apakah kaki dan kepalanya baik-baik saja?”
“Ne. Dia baik-baik saja. Ajeossi aku permisi dulu, sebaiknya ajeossi juga segera istirahat sudah larut malam.”
“Ne.”
Shindong dan Donghae pun berjalan menuju kamar mereka masing-masing.
Keesokan harinya Donghae terbangun dari tidur nyenyaknya karena sentuhan lembut seseorang di keningnya. Ia pun mengerjapkan matanya dan betapa terkejutnya ia melihat eommanya berdiri tepat dihadapannya dengan wajah khawatir.
“Eomma? Waeyo? Apa eomma sakit? Eomma ingin aku buatkan bubur?”
“Anni. Appa sudah menunggumu di meja makan sebaiknya kau segera turun ke bawah.”, sahut eomma Donghae dengan ketusnya.
‘Sentuhan lembut itu? Siapa dia? Apakah eomma yang menyentuh keningku? Tapi apa itu mungkin? Bukankah eomma sangat membenciku? Tapi jika itu memang sentuhan eomma betapa bahagianya aku.’, batin Donghae sambil menyentuh keningnya yang sedikit memar.
Donghae melihat seluruh keluarga sudah berkumpul di meja makan. “Pagi appa, eomma, ajeossi, hyung! Mian aku bangun terlambat.”, ujar Donghae sambil tersenyum.
“Sudahlah tidak usah basa-basi cepat duduk dan sarapan saja. Kau tidak sadar mukamu itu sudah seperti mayat berjalan.”
“Ne. Gumawo hyung.”
“Hari ini kau akan ke rumah sakit lagi?”, tanya appa Donghae.
“Ne, aku akan bergantian dengan Im ajeossi menjaga Yoona.”
“Jangan dulu berbicara hal lain, kalau kau ingin ke rumah sakit sebaiknya makan yang banyak. Kondisimu belum pulih benar.”, sahut eomma Donghae yang membuat seluruh keluarga terkesiap.
“Ne, eomma haraso.”, sahut Donghae sambil menyunggingkan senyum di wajahnya.
Satu-persatu meninggalkan meja makan dan tinggallah Donghae dan eommanya di meja makan.
“Bagaimana masakan eomma enak?”
“Ne? Eomma yang memasak ini semua?”
“Hm...eomma belum pernah memasak chicken doritang jadi eomma sangat khawatir kalau rasanya aneh di lidahmu.”
“Anni. Neomu mas-issda. Gumawo eomma!”
“Ne. Mianhe, Donghae-ah selama ini eomma bersikap kasar padamu.”
“Eomma aku harap eomma akan bersikap seperti ini selamanya. Eomma neomu saranghae!”, ujar Donghae sambil memeluk eommanya dari belakang.
“Na do. Kau sudah selesai?”
“Ne. Aku berangkat ke rumah sakit dulu. Sampai nanti malam, eomma.”
“Hm...hati-hati di jalan.”, sahut eomma Donghae seraya mencium kening Donghae yang kemudian dibalas pelukan erat dari Donghae.
Trrrt...Trrrt...Trrrt...
Donghae membaca pesan yang masuk ke handphonenya dan betapa terkejutnya ia ketika membaca isi pesan yang dikirim Yuri pagi itu. “Eomma, aku pergi dulu. Yuri bilang ada yang aneh dengan Yoona.”
“Oh? Kau hati-hati!”
Sesampainya Donghae di rumah sakit, dia melihat Yuri dan Hyukie sudah bersama tuan Im. Mereka bertiga melihat khawatir ke dalam ruang rawat Yoona.
“Yuri-ssi, waeyo? Yoona baik-baik saja bukan?”
“Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi ketika aku sampai disini Yoona sudah bersikap seperti itu.”
“Seperti itu? Maksudmu?”, tanya Donghae dan tanpa perlu mendengar jawaban dari Yuri, Donghae mendengar suara teriakan bercampur dengan tangis dari dalam ruangan Yoona. Donghae tidak bisa menyembunyikan wajah ketakutannya, ia takut Yoona berada dalam bahaya. Hampir saja ia mendobral masuk ruangan Yoona namun ia ditahan oleh tuan Im.
“Ajeossi, Yoona kenapa? Apakah ia kesakitan?”
Tuan Im hanya menggelengkan kepalanya.
“Lalu kenapa? Ajeossi kumohon jelaskan padaku apa yang terjadi dengan Yoona?”
“Saat tersadar dari pingsannya, Yoona langsung berteriak histeris. Ia bahkan tidak mengenali aku, ya kutahu itu dari tatapan matanya yang menatapku tajam. Ia terus meneriakiku dan mengusirku keluar. Entah apa yang terjadi pada diri Yoona saat ini namun kejadian pagi ini membuatku teringat kejadian 20 tahun lalu.”, papar tuan Im yang kembali terdiam.
“20 tahun lalu? Memang terjadi apa pada saat itu?”, tanya Hyukie.
“Eomma Yoona meninggal dunia. Saat itu Yoona sangat terpukul dan selama beberapa hari ia hanya berteriak dan menangis, ia hanya berhenti berteriak jika dokter memberikan obat penenang padanya. Sampai akhirnya aku memasukkan dia ke panti rehabilitasi dengan harapan Yoona akan sembuh. Dan memang benar dia sembuh seperti sedia kala, Yoona yang ceria sudah kembali lagi. Namun...”
“Namun saat Yoona sudah sehat kembali anda tidak bisa menemani Yoona karena teringat isteri anda? Benarkah? Lalu apa penyebab kematian isteri anda? Apa yang menyebabkan Yoona depresi berat seperti saat ini?”, tanya Donghae.
“Ya, kau benar. Saat Yoona sehat aku tidak lagi bisa menemani dia, karena aku takut kalau Yoona akan menanyakan kenapa eommanya meninggal. Ingatannya bersama eommanya hilang tanpa bekas. Kenangan yang ada dalam benak Yoona hanya sejak ulang tahunnya yang ke 7, ingatan sebelum itu ia sama sekali tidak mengingatnya. Pada saat Yoona berusia 5 tahun kami sekeluarga mengalami kecelakaan mobil. Saat itu Yoona duduk bersama eommanya di bangku belakang. Pagi itu pagi yang cerah jadi Yoona memaksa ingin pergi berpiknik karena memang sudah sangat lama kami tidak pergi piknik bersama. Namun pagi yang cerah itu berubah menjadi pagi yang paling kami benci. Saat itu tiba-tiba seekor kucing melintas di jalan sehingga mobil kami kehilangan kendali dan menabrak dinding tebing lalu masuk jurang. Eomma Yoona berusaha menyelamatkan Yoona sehingga ia memeluk Yoona erat. Yoona memang selamat tanpa luka berat namun isteriku luka parah di kepalanya dan paru-parunya juga rusak. Dan ia pun tidak bisa diselamatkan, Yoona melihat langsung kematian eommanya dan itu membuatnya mengalami depresi berat.”
Terdengar sayup-sayup suara Yoona yang memanggil eommanya.
“Ajeossi, ijinkan aku untuk menemani Yoona. Saat ini yang Yoona butuhkan hanya teman. Aku tidak ingin Yoona mengalami hal yang dulu pernah ia alami. Tenggelam dalam kesedihan dan juga kesendirian.”, ujar Donghae.
Tuan Im mengangguk lemah sambil membiarkan Donghae membuka pintu kamar Yoona. Donghae melihat tubuh Yoona yang mungil sedang meringkuk di atas tempat tidur, pandangannya kosong dan air mata terus menerus mengalir membasahi pipinya. Secara perlahan Donghae duduk di tepian tempat tidur Yoona namun seakan tenggelam di dunianya sendiri Yoona tidak menyadari kehadiran Donghae sampai akhirnya Donghae menggenggam erat kedua tangan Yoona.
Terdengar suara lirih dari mulut kecil Yoona, “Eomma mianhe eomma... Eomma...eomma....”
“Yoong, semua kejadian itu bukan salahmu. Memang sudah takdir kalau saat itu ajumonni meninggal dunia.”
Mendengar itu Yoona berubah histeris kembali. Dengan hentakan keras ia melepaskan tangannya dari genggaman Donghae dan ia langsung melempari Donghae dengan barang-barang yang ada disekitarnya.
“PERGI KAU! KAU TIDAK TAHU APA YANG TERJADI SEBENARNYA! JANGAN BERPURA-PURA KAU MENGERTI AKU! PERGI!!!”
“Yoong...kumohon sadarlah dan kembali seperti dulu. menjadi Yoona yang ceria, jebal Yoong. Apapun yang kau lakukan tidak akan membuat ibumu hidup kembali. Semua ini hanya akan menyakiti dirimu sendiri.”, ucap Donghae sambil perlahan mendekati Yoona.
Donghae memegang kedua tangan Yoona dan menarik tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya. Walaupun Yoona berontak dengan keras namun Donghae tidak melepaskan pelukannya pada gadis itu.
“Yoong, aku berjanji aku tidak akan pergi darimua. Aku akan selalu disampingmu, Yoong. Tidak akan pernah kubiarkan kau sendiri menghadapi semua ini. Percayalah, Yoong!”, ujar Donghae sambil membelai rambut Yoona dengan lembut.
“Oppa, aku sangat takut. semua itu salahku, oppa. Jika hari itu aku tidak meminta untuk piknik, kecelakaan itu tidak akan terjadi. Dan eomma pasti masih hidup saat ini. Oppa aku anak yang jahat, sampai-sampai appa tidak mau tinggal denganku lagi. Oppa oetteohge aku sudah membunuh eomma.”, ucap Yoona sambil terisak.
“Yoong, ajeossi tidak ingin kau mengingat kejadian itu makanya ia memilih tinggal terpisah denganmu. Yoong, kau tahu seorang ibu tidak akan menagih upah dari semua kasih sayang yang ia berikan kepada anaknya. Aku yakin ajumonni melakukan itu karena ia tidak ingin anak yang sangat ia sayangi terluka walau hanya tergores sedikit saja. Dan walau semua itu ditukar dengan nyawanya sendiri.”
Yoona melepaskan pelukan Donghae dan ia mendongakkan kepalanya melihat wajah Donghae. “Benarkah? Jadi selama ini appa tidak pernah membenciku karena kecelakaan itu?”
Donghae tersenyum pada Yoona, ‘Akhirnya Yoona sudah kembali seperti dulu lagi.’, batin Donghae. Donghae pun  menganggukkan kepalanya. “Yoong, mulai saat ini aku akan menjagamu sepenuh jiwaku. Saranghe, uri deer Yoong!”, ucap Donghae sambil mengecup kening Yoona.
“Gumawo, Oppa.”
Donghae membawa Yoona menemui tuan Im, Yuri dan Hyukie yang sedang menunggu di depan kamar Yoona. dan ketika pintu terbuka Yoona langsung dipeluk oleh tuan Im.
“Yoona, mianhe. Appa tidak tahu kalau sikap appa selama ini membuatmu terluka dan bersedih. Mianhe, Yoona-ssi.”
“Anni. Appa gumawo, karena selama ini yang appa pikirkan hanya tentang aku. Mianhe appa kalau saja dulu...”
Belum sempat Yoona menyelesaikan kata-katanya, “Yoona, yang berlalu biarlah berlalu.”, ucap tuan Im sambil memeluk Yoona.
Proses penyembuhan Yoona pun berjalan dengan cepat walaupun ia masih belum bisa berjalan karena luka yang dialami kakinya belum sembuh. Namun ia sudah bisa keluar dari rumah sakit dan bisa beraktifitas seperti dulu.
“Im ajeossi bilang kau harus menuruti kata-kataku. Haraso? Yoona? YAK! Kau ini kenapa sejak tadi kuperhatikan kau cemberut terus. Ada apa?”
“Oppa, aku bosan duduk terus seharian. Aku ingin berjalan.”
Donghae tersenyum mendengar keluhan dari mulut Yoona. “Haraso. Kau ingin berjalan-jalan?”
“NE!”, ucap Yoona bersemangat.
“Hajiman, oppa. Yoona masih belum boleh berjalan kan?”, sahut Yuri khawatir.
“Hyukie, kita berhenti di taman dulu. Oke!”, balas Donghae tanpa memperdulikan ucapan Yuri.
Sampailah mereka berempat di taman. Yuri membantu Hyukie untuk menurunkan kursi roda Yoona.
“Kajja!”, ucap Yuri pada Yoona sambil menyodorkan kursi roda padanya.
“Hyukie kau masukan lagi saja kursi ini di mobil. Yoona bilang dia ingin berjalan-jalan dan bukan duduk saja.”
“OPPA?!? Kau ingin Yoona terluka lagi?”, teriak Yuri pada Donghae.
Namun lagi-lagi Donghae tidak memperdulikan ucapan Yuri. Ia malah berjalan mendekati Yoona dan secara tiba-tiba ia berbalik memunggungi Yoona seraya berkata, “Tuan Putri jika anda ingin berjalan-jalan naiklah ke punggungku dan akan kuajak kau berkeliling melihat taman yang indah ini.”
“YUP! YUHU....”, teriak Yoona gembira sambil menaiki punggung Donghae.
‘Hyuk oppa! Lihat Yuri sepertinya cemburu padaku. Cepat kau gendong dia sebelum dia mengamuk.”, gurau Yoona.
Hyukie lalu mendekati Yuri dan menggoda Yuri, “Yuri-ssi kau juga ingin kugendong seperti Yoona?”
Yuri langsung berbalik menatap wajah Hyukie dan memukuli pundak Hyukie dengan lembut.
“Oppa berhentilah menggodaku. Cepat bantu aku memasukkan kursi ini ke mobil.”
Hyukie mengerucutkan mulutnya sambil membantu Yuri memasukkan kursi roda ke dalam mobil. Namun tiba-tiba Yuri berbisik padanya, “Ne aku juga ingin kau menggendongku seperti Hae oppa menggendong Yoona.”
Hyukie melihat Yuri yang tersenyum jahil padanya. Kedua pasang sejoli itu menghabiskan waktu mereka di taman. Wajah mereka berempat selalu dihiasi senyum bahagia. Mereka duduk di bawah pohon rindang sambil memandangi taman yang penuh dengan bunga yang bermekaran.
“Oppa, kau capek ya?”, tanya Yoona pada Donghae.
“Anni. Kau ini seringan kapas jadi aku tidak merasa lelah sama sekali.”, ujar Donghae sambil tersenyum.
“Yuri-ssi kau seringan angin sampai-sampai aku seperti terbawa terbang.”, ujar Hyukie yang tak mau kalah.
Mendengar perkataan Hyukie baik Donghae, Yoona maupun Yuri tertawa keras. “Oppa, kau bilang aku seringan angin tapi saat aku digendong olehmu aku merasa kakimu bergetar hebat.”
Mendengar perkataan Yuri, Hyukie hanya menggaruk-garuk kepalanya sambil tersenyum geli.
“Oppa, Jessi eonni dan Kyu oppa kemana?”, tanya Yoona.
“Mereka saat ini sedang ada di luar kota. Kemarin Sica eonni menelponku menanyakan kabarmu. Ia bilang kau harus cepat sehat supaya Donghae oppa tidak merepotkan dia lagi.”, sahut Yuri.
“Merepotkan Jessi eonni? Oppa apa yang kau lakukan pada eonni?”
“Setiap hari Donghae menelpon Jessi dan selalu menceritakan kalau Yoona sudah sehat, luka di kening Yoona tidak parah dan semua tentang kau, Yoona-ssi. dan kalian tahu? Jessi sangat tidak suka kalau waktu tidurnya diganggu. Dia itu kantung tidur berjalan.”, ucap Hyukie.
“Oppa kau ini jahil sekali pada Jessi eonni.”
“Hehehe... yah sekali-kali dia itu harus mengurangi waktu tidurnya. Oh ya, nanti malam kalian diundang makan malam di rumahku.”
“Memangnya ada acara apa?”, tanya Hyukie.
“Kau lupa kalau nanti malam Seung Gi hyung dan Min ah noona bertunangan?”, tanya Donghae tidak percaya.
“Aku lupa.”, ujar Hyukie ringan.
“Yoong, aku sudah mempersiapkan gaun untukmu di rumahmu.”
“Jinja? Gumawo, oppa. Kuharap kau suka. Kajja! Sebaiknya kalian berdua bersiap sekarang supaya bisa tampil dengan cantik nanti malam.”, sahut Donghae sambil membawa Yoona ke dalam mobil.

Malam Harinya...
“Yuri-ssi apa ini tidak berlebihan? Donghae oppa membelikan gaun sebagus ini untukku?”
“Yoong, itu artinya Donghae oppa mencintaimu. Dia ingin gadis yang dia cintai tampil memukau malam ini.”
TIN...TIN...
“Yoong, mereka sudah sampai. Ayo kita temui mereka.”, ajak Yuri sambil mendorong kursi roda Yoona.
Mereka berempat langsung pergi menuju gedung tempat pertunangan berlangsung. Sesampainya mereka disana Donghae melihat hyung nya sedang berbicara dengan seorang namja dan seorang yeoja yang tidak ia kenal.
“Siapa mereka?”, tanya hyukie pada Donghae.
“Molla. Mungkin teman Seung Gi hyung. Yoong, aku akan mencari orang tuaku dulu kau disini bersama Yuri saja, haraso?”
“Ne.”
Sepeninggal Donghae dan Hyukie, Yoona dikagetkan dengan suara namja yang sangat ia kenal.
“Yoona-ssi?!? Kau kenapa? Apa kau sakit? Dan sedang apa kalian di sini?”, tanya namja itu pada Yoona.
Yoona terkaget-kaget melihat sosok namja yang menyapanya itu, sampai-sampai ia tidak sanggup berkata-kata, “O...oppa?!?”, sahut Yoona terbata-bata.

~TBC~

7 komentar:

Unknown mengatakan...

Chingu, leave comentnya ya.,.,

Anonim mengatakan...

sapa itu yg diliat Yoong?
penasaran lnjutannya chingu
keep writing yah...

narsa mengatakan...

Eonni akhirnya Yoona sama Haeppa harus bersatu yahh..
pokoknya harus Happy end..
jgn lama2 yahh eonni post lanjutannya..
FIGHTING buat bikin lanjutannya..
*mian bawel+GeJe hehe ^^

Anonim mengatakan...

Lanjut dong jangan kelamaan? Aq pengin baca? Kalau bisa setiap hari ada FF YoonHae hehe *ngrp & abaikan*

LANJUT AUTHOR *_*

Anonim mengatakan...

Keren Lanjut author

Hana fathiya mengatakan...

onnie itu siapa ? aduhh penasaran !! >.<

Hana fathiya mengatakan...

onnie, aku boleh promote ga ? mian yah onnie..
minta tolong dong baca FFku di justandonlyme99.wordpress.com
maaf kalau ngerepotin, onnie maaf ganggu ya..
sedih ga ada yang baca ffku :'(