Laman

Minggu, 05 Februari 2012

The Time Has Gone [Part 7]

Judul           : The Time Has Gone [Part 7]
Cast                 : Im Yoona, Lee Donghae, Lee Hyukjae, Kwon Yuri
Other cast        : Jung Jessica, Cho Kyuhyun, Shindong, Lee Min ah, Lee Seung Gi
Genre              : Romance, Friendship
Type                : Series
Author             : Lee Yeun-Ja

Yoona berjalan memasuki rumahnya ada semacam perasaan aneh ketika ia masuk ke dalam rumah. Dan ketika ia menyalakan lampunya tiba-tiba... “AKKH!”, teriak Yoona.
“Annyeonghaseyo, Yoona-ssi.”, ujar seorang namja.
“Nugu? Dan apa-apan kau seenaknya memegang aku. Lepaskan!”
“Shiro.”, sahut namja itu.
“DONGHAE OPPA!”, teriak Yoona namun Donghae tidak mendengarnya karena ia sudah masuk ke dalam mobilnya.
“Yoona-ssi sebaiknya kau bekerja sama dengan ku karena aku tidak ingin melukai yeoja cantik sepertimu.”, ancam namja itu.
“Haraso. Apa yang kau mau?”
“Nanti juga kau akan tahu.”,
Lalu kesadaran Yoona menghilang dan ia jatuh pingsan. Namja itu lalu membawa Yoona ke suatu tempat. Keesokan harinya Yuri diantar Hyukie ke kampus namun mereka belum mengetahui kalau Yoona menghilang.
 “Oppa, gumawo sudah mengantarkan aku. Hajiman...kenapa tadi tidak kita jemput Yoona?”
“Yuri-ah, Donghae bilang dia yang akan menjemput Yoona. Kau pikir aku tega membuat kebahagian chigu ku hancur?”, ucap Hyukie sambil tersenyum.
“Ne, araso.”, balas Yuri sambil membuka pintu mobil Hyukie.
“Ah, Yuri-ssi!”, tahan Hyukie pada Yuri.
“Ne? Waeyo?”
“Eomma ku ingin bertemu denganmu.”
“Jeongmal? Eotteohge? Eonje? Eodi?”
“Ya! Yuri-ah kalau bertanya satu-satu donk! Kau gugup? Aigoo nomu kyopta nan yeoja chingu.”
“Oppa...”
“Besok malam, eomma minta kau datang untuk makan malam.”
“Ah, haraso. Yosh! OKE! Oppa, aku akan tampil cantik besok kekekeke”, ucap Yuri sambil mengepalkan tangannya.
“Ne, haraso. Yuri-ah, bukankah kau tadi mau turun?”
“Oh, ne. Annyeong oppa.”, ujar Yuri dan tidak lupa ia kecup pipi Hyukie singkat.
Yuri menatap sekeliling kampus namun ia tidak juga melihat Yoona. Yuri pun memutuskan untuk melihat papan pengumuman yang sudah menempelkan beberapa nilai dari ujiannya. Tiba-tiba handphonenya bergetar.
Trrrt...Trrrt...Trrrt...
‘My Monkey’
‘Aigoo Hyukie oppa ini baru saja berpisah kenapa sekarang sudah menelponku lagi.’, batin Yuri.
“Yoboseyo. Oppa waeyo? Bukankah kita baru berpisah?”
“Yuri-ah apakah kau sudah melihat Yoona di kampus?”
“Anni. Sepertinya dia belum sampai. Wae?”
“Donghae bilang Yoona tidak ada dirumahnya. Dan handphonenya tidak dia angkat.”
“Mwo? Oppa kau jemput aku sekarang.”
“Aku sudah didepan kampusmu. Palliwa!”
Yuri pun bergegas menuju gerbang kampusnya tanpa ia pedulikan panggilan dari teman-temannya yang lain. Dan ia langsung duduk disamping Hyukie.
“Oppa, ppalli!”, teriak Yuri.
Selama perjalanan ke rumah Yoona, Yuri terus-menerus menelpon Yoona namun benar yang dikatakan Donghae handphone Yoona tidak bisa dihubungi. Selalu saja tersambung ke mail box. Terlihat mobil Donghae terparkir di depan rumah Yoona dan Donghae sendiri berdiri di depan pintu rumah Yoona.
“Donghae oppa! Bagaimana Yoona sudah bisa dihubungi?”, cecar Yuri pada Donghae.
“Oh, Yuri-ah. Anni, dia belum juga menjawab. Apa tadi malam Yoona menghubungimu? Mungkin dia mau pergi hari ini atau apalah.”
“Anni.”
“Sudahlah daripada kita diam saja dan menunggu di sini kita dobrak saja pintu ini.”, sahut Hyukie sambil mumdur beberapa langkah.
“Andwe. Aku tahu kombinasinya. Yoona memberitahuku kunci kombinasi supaya aku bisa masuk kapan pun aku mau.”, ujar Yuri sambil mendekati pintu. Dan benar saja setelah kunci kombinasi itu Yuri masukkan, pintu rumah Yoona terbuka. Dan betapa terkejutnya mereka melihat kondisi rumah Yoona yang berantakan.
“Igeon mwoya?”, tanya Yuri sambil menatap Hyukie.
“Molla.”
“Yoong...Yoona...”, panggil Donghae.
Merka mencari seluruh rumah namun Yoona tidak juga mereka temukan. Lalu Donghae melihat tas Yoona yang ia gunakan tadi malam tergeletak di dekat pintu.
“Hyukie, Yuri-ah jangan-jangan Yoona diculik.”
“Hajiman oppa itu tidak mungkin. Pengamanan dari lingkungan ini sangat ketat jarang sekali ada orang yang tidak dikenal bisa masuk ke lingkungan ini.”
“Tpi Yuri lihatlah keadaan rumah Yoona berantakan sekali dan ini tas yang Yoona pakai tadi malam tergeletak begitu saja. Kalaupun ia pergi ke suatu tempat tidak mungkin hadphone dan dompetnya ia tinggal.”, papar Donghae.
“Kalau begitu kita harus segera menelpon polisi.”, ucap Yuri.
“Polisi sudah kutelpon. Sebentar lagi mereka sampai di sini.”, sahut Hyukie tiba-tiba.
“Gumawo Hyukie-ah.”, ujar Donghae dengan suara bergetar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Yoona saat ini. Ia takut terjadi apa-apa dengan yeoja chingu nya. Dan kalau itu sampai terjadi ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan nantinya. Melihat kegelisahan pada sahabatnya Hyukie mencoba menghibur Donghae.
“Donghae-ah, Yoona pasti baik-baik saja.”
“Oppa, Yoona itu yeoja yang kuat ia tidak mungkin mudah terluka. Aku tahu siapa Yoona.”, sahut Yuri.
“Ne. Gumawo kalian sudah menemaniku sekarang. Yuri-ah sebaiknya kau hubungi appa nya Yoona setidaknya dia harus tahu kalau putrinya menghilang.”
“Aku sudah menelpon Im ajeossi dan mungkin sekarang dia sedang dalam perjalanan kemari.”
Hari itu merupakan hari yang sangat melelahkan bagi Donghae. Sampai malam menjelang belum juga ia mendapat kabar dari polisi tentang keberadaan Yoona. Dan Im ajeossi sendiri sibuk menelpon sanak keluarganya untuk mencari Yoona. Nampak jelas sekali kekhawatiran di wajahnya. Donghae mengambil handphone Yoona yang belum ia nyalakan lagi. Dan ketika ia menyalakan handphonenya tiba-tiba sebuah pesan masuk ke handphone itu.
“YOONG?!”, teriak Donghae yang berhasil membuat seisi ruangan terkaget-kaget. Baik appa Yoona, Yuri, Hyukie, Kyuhyun dan Jessica berlari mendekati Donghae. Mereka melihat foto Yoona yang sedang duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat juga mulut yang terselotip. Tertulis pesan di foto itu “Donghae-ssi jika kau ingin yeoja ini selamat kau harus pergi dari negara ini dan jangan pernah kau kembali ke Korea. Jika kau tidak melakukan itu aku tidak bisa berjanji apa yang akan terjadi padanya.”
Semua orang menatap bingung pada Donghae. Dan Donghae sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. ‘Apa maksud semua ini? Apakah Yoona diculik semua gara-gara aku? Tapi kenapa?’, batin Donghae.
“NEO! Apa yang sudah kau lakukan pada putriku? Orang yang menculik Yoona pasti orang yang membencimu sampai-sampai ia menculik Yoona.”, ucap tuan Im pada Donghae.
“Ajeossi, aku juga tidak tahu. Selama ini aku tidak pernah merasa memiliki musuh.”, ujar Donghae ragu-ragu.
Merekapun kembali terdiam.
“Hyung, kemarikan foto itu. Kemungkinan kita bisa melacak keberadaan Yoona dengan foto itu.”, ujar Kyuhyun memecah keheningan.
“Benarkah?”
“Ne. Karena foto ini dikirim menggunakan email kita bisa melacak email itu dan melacak tempat pengiriman email itu.”, papar Kyuhyun sambil mengutak-atik komputernya.
“ASA! Igeon! Disinilah orang itu mengirimkan email itu pada kita. Hajiman, belum tentu tempat itu adalah tempat penyekapan Yoona. Geulaeseo...”, ujar Kyuhyun.
“Kita pergi ke sana. Ajeossi sebaiknya anda menunggu kabar dariku. Sehingga jika memang Yoona tidak ada di tempat itu ajeossi bisa memikirkan langkah berikutnya.”, papar Donghae.
“Hyung, aku ikut.”, sahut Kyuhyun yang diikuti anggukan dari Hyukie.
“Andwe. Kalian tetap disini saja dan bantu tuan Im untuk memikirkan langkah berikutnya.”
“YA! Donghae neo michyeoss-eo?”
“Anni. Kalian belum juga sadar? Yang mereka inginkan itu aku bukan kalian apalagi Yoona. Aku tidak bisa membuat kalian berada dalam bahaya, sudah cukup Yoona yang menjadi korban.”
“Ne, araso. Tapi kau harus selalu menghubungi kami.”
Donghae menganggukkan kepalanya dan ia berlari menuju mobilnya. Donghae membuka nomor telpon yang sempat ia simpan tanpa sepengetahuan yang lainnya ternyata ‘Pengirim Gelap’ itu memberikan nomor yang harus Donghae hubungi dan Donghae tidak boleh ditemani siapa pun atau keselamatan Yoona taruhannya. Ia meletakkan earphone dan menghubungi nomor gelap itu.
“Yoboseyo? Aku ingin bicara dengan Yoona.”
Terdengar suara yeoja yang ia cintai dari telpon. “Oppa, tolong aku. Aku takut sekali.”
“Yoona? Araso oppa pasti akan menolongmu. Kau tenang saja. Haraso?”
“AKH!”, tiba-tiba terdengar Yoona berteriak.
“YOONG? WAEYO? YOONG?”
“Donghae-ssi bagaimana sudah puas bicara dengan yeoja cantik ini? Sebaiknya kau cepat datang atau akan terjadi sesuatu pada yeoja cantik ini.”, ancam namja itu.
“Kalau sampai Yoona terluka atau jika kau sentuh Yoona seujung kuku pun kau dan yang lainnya tidak akan oernah kulepaskan. ARASO?”
“WOW... kau terdengar seperti macan yang akan menerkam mangsanya. Hahahaha...”, dan telpon pun terputus.
Donghae semakin mempercepat laju mobilnya. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah keselamatan Yoona gadis yang sangat ia cintai. Tibalah Donghae di sebuah gedung tua yang sudah lama tidak terpakai. Dan ketika ia membuka pintu mobilnya dua orang namja mendekatinya dan langsung menyeretnya secara paksa, dengan tidak ada perlawanan dari Donghae.
Dok...Dok...Dok...
“Bos, dia sudah datang dan dia sendiriran.”, ucap salah seorang namja yang memegangi Donghae.
Pintu terbuka dan Donghae bisa dengan jelas melihat Yoona yang terikat di sudut ruangan. “YOONG!”, teriak Donghae. Yoona hanya bisa menatap Donghae tanpa mengatakan apapun karena mulutnya dibekap.
“NEO! Lepaskan dia! Biarkan dia pulang.”
“Andwe. Aku ingin dia melihat kau menderita.”
“Sebenarnya kalian ini punya masalah apa denganku?”
“Ohohoho kami tidak ada masalah denganmu. Kami ini hanya dibayar dan kami akan melakukan apapun yang diminta olehnya.”
“Nugu? Cepat pertemukan aku dengan dia!”
“Ikat dia!”, perintah namja yang dipanggil ‘Bos’.
Ketiga namja itu meninggalkan Yoona dan Donghae di dalam ruangan. Terdengar suara pintu dikunci dari luar.
“Yoong, gwenchana?”
“Mianhe, Yoong. Gara-gara oppa kau jadi terlibat bahaya seperti ini.”
Krrrk...Krrrk...
“Annyeong!”, tiba-tiba terdengar suara yeoja dari speaker yang ada di ruangan itu.
“YAK! NEO! Kenapa kau lakukan ini pada kami?”
“Oppa, seharusnya kau tanya pada dirimu sendiri. Oppa kau benar-benar sudah lupa padaku? Aish nappeun salam! Kenapa oppa memilih yeoja itu? Dia tidak cantik! Bahkan tubuhnya kurus seperti tulang berbalut kulit saja. Dulu oppa memilih Sica dan sekarang oppa memilih yeoja murahan seperti dia? Wae oppa? Wae?”
“Sunye-ssi?”
“Joh-a! Oppa nomu bogo sip-eo. Oppa kalau kau mau aku melepaskan kalian berdua oppa harus berjanji padaku akan meninggalkan dia dan ikut bersamaku ke Amerika. Eotteohge?”
Donghae menatap lekat wajah Yoona. Yoona menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin Donghae meninggalkan dia sendiri. Karena Yoona terlalu cinta pada Donghae.
“Sunye-ssi, tidak kusangka kau sekarang sudah berubah. Apa semua ini karena kau pindah ke Amerika?”
Tiba-tiba pintu terbuka dan Sunye menampakkan wajahnya pada Donghae dan Yoona.
“Anni. Aku memang seperti ini. Yang kutahu jika kau tidak bisa memiliki ssesuatu dengan suka rela maka kau hanya tinggal merebutnya.”
“Sunye-ssi, walaupun aku ikut denganmu ke Amerika tapi aku tetap tidak akan bisa melupakan yeoja yang ada didepanku ini. Wajahnya, matanya, senyumnya, tawa riangnya tidak akan pernah bisa kulupakan.”
“Hahahaha oppa kau terlalu kuno. Seiring berjalannya waktu kau juga akan melupakan yeoja itu.”
“Anni. Karena yeoja ini adalah matahariku jadi selama matahari bersinar cerah maka aku akan tetap mengingatnya dan mencintainya. Sunye-ssi, kau tidak pernah mencintai aku. Kau hanya terobsesi ingin memiliki aku. Cinta dan obsesi adalah dua hal yang berbeda.”
“OPPA! NEO! KAU TIDAK TAHU APA-APA TENTANGKU.”, teriak Sunye pada Donghae.
“Kau masih tetap sama nae dongsaeng. Masih mudah tersulut emosi. Sunye-ssi, Yoona tidak salah apapun. Maukah kau melepaskannya?”
Sunye berbalik menatap Yoona, dia tersenyum sinis pada Yoona. “Melepaskannya? Oppa kau tahu syarat dariku kan? Aku akan dengan senang hati melepaskannya asal kau ikut aku ke Amerika.”, sahut Sunye sambil berjalan mendekati Yoona.
“Sunye! Jangan lukai dia! Jebal!”
Sunye menyentuh wajah Yoona dan dalam sekali hentakan ia melepaskan lem yang menempel di bibir Yoona dan membuat Yoona meringis kesakitan.
“SUNYE!”,Donghae tidak tega melihat Yoona meringis kesakitan.
“Araso! Sunye kita pergi ke Amerika. Aku akan meninggalkan Korea dan tinggal bersamamu di Amerika.”, sahut Donghae putus asa.
“ANDWE! Oppa andwe. Oppa kau tidak boleh pergi ke Amerika.”, pinta Yoona dengan suara terputus-putus.
“NEO!”
PLAK... Sunye menampar wajah Yoona dengan keras sampai-sampai mulut Yoona terluka dan mengeluarkan darah.
“YOONG! Gwenchana?”
“Semua ini jadi tidak menarik lagi. Walaupun oppa ikut aku ke Amerika, pikiran oppa akan tetap di Korea. Dan itu membuatku malas untuk memohon pada oppa untuk ikut aku ke Amerika. Malam ini aku pulang ke Amerika, kalian lakukan sesuka kalian pada kedua orang ini. aku sudah tidak perduli.”, ujar Sunye pada orang-orang suruhannya.
“Sunye-ssi. Tolong lepaskan Yoona. Sunye-ssi!”, Sunye terdiam beberapa saat, “Pukuli dia sampai dia tidak lagi bisa bicara!”, perintah Sunye sambil menunjuk Donghae.
Walaupun Donghae bisa bela diri namun melawan tiga namja sekaligus apalagi dengan tangan terikat pada kursi membuat kesempatan Donghae untuk menang semakin kecil.
“Eonni, tolong jangan lakukan itu pada Donghae oppa. Bagaimanapun kau mencintainya kan?”, pinta Yoona.
“Jika aku tidak bisa memiliki oppa maka tidak seorang pun boleh memiliki dia.”
Donghae diserang dari berbagai sisi. Mereka menyerang Donghae dalam waktu bersamaan sehingga Donghae kewalahan untuk menangkis serangan-serangan itu. Yoona yang melihat Donghae semakin lemah terus-menerus memohon pada Sunye untuk menghentikan orang-orangnya memukuli Donghae.
“Eonni, kumohon lepaskan Donghae oppa. Aku bersedia melakukan apa saja agar kau melepaskan Donghae oppa.”
Sunye tersenyum mendengar perkataan Yoona. “Haraso! Berhenti pukuli dia! Ada tontonan yang lebih menarik daripada pertandingan kalian.”
Sunye melemparkan botol-botol soju ke lantai. Pecahan-pecahan botol itu ia buat seperti jalan setapak yang menuju tempat Donghae berada.
“Lepaskan ikatan yeoja ini!”, perintah Sunye.
Setelah ikatan Yoona terlepas ia menarik tubuh Yoona ke depan pecahan-pecahan botol yang tadi ia buat.
“Kau bilang kau mencintai Donghae oppa, benarkan?”
“Ne.”
“Akan kuberi kau pilihan agar aku melepaskan kalian berdua. Pertama kau biarkan Donghae oppa ikut aku ke Amerika, pilihan kedua kau biarkan Donghae oppa dipukuli oleh namja-namja itu sampai aku merasa sakit hatiku pada oppa tuntas atau yang ketiga kau berjalan menuju Donghae namun melewati pecahan-pecahan ini dengan bertelanjang kaki. Bagaimana? Mana yang akan kau pilih?”
“Eonni, aku memilih yang ketiga!”, jawab Yoona pasti.
“Kau serius? Yeoja sepertimu tidak akan kuat melewati ini.”
“Ne.”
“Araso, kalau begitu lepaskan sepatumu!”
Yoona melepaskan kedua sepatunya dan berjalan perlahan menuju jalan setapak yang Sunye buat tadi. Pelan-pelan Yoona mendekati pecahan-pecahan botol tadi.
“Yoong, andwe. Kau akan terluka, Yoong!”
Yoona tersenyum menenangkan namja chingunya. Yoona tahu kalau saat itu  ia seperti berjuang dengan nyawa. Yoona melangkahkan kaki kanannya ke pecahan kaca itu yang dengan mudahnya merobek kulir Yoona. Darahpun merembas pada sisi kaki Yoona. Kesakitan yang luar biasa Yoona rasakan pada kakinya namun itu tidak membuat Yoona berhenti. Yoona terus berjalan pada pecahan kaca itu. Percikan soju yang ada di lantai membuat penderitaan Yoona semakin menjadi.
“Yoong berhentilah. Kau bisa kehabisan darah nanti.”, pinta Donghae.
“Oppa kau tahu aku tidak mau berhenti di tengah jalan. Aku akan baik-baik saja oppa.”, sahut Yoona sambil menunjukkan senyumnya yang manis.
BRAK!!

~TBC~ 

5 komentar:

Anonim mengatakan...

wahh chingu FFnya makin daebak aja...
lanjutin yahh chinguu jgn lm" g sbar nunggu kelanjutannya..

Anonim mengatakan...

nm ak Narsha eonni.
Eonni ffnya keren..
lanjutin yah eonni jgn lm" #sambil pake puppy eyes
mian maksa hehe :P

Unknown mengatakan...

mksh chingu udah baca ff aku. makin semangat nih hehehe

Anonim mengatakan...

chingu post selanjutnya mana????

Hana fathiya mengatakan...

kya~ daebak ! neomu daebak onnie !