Judul : The Time Has Gone [Part 7]
Cast : Im Yoona, Lee Donghae, Lee
Hyukjae, Kwon Yuri
Other cast
: Jung Jessica, Cho Kyuhyun, Shindong, Lee Min ah, Lee Seung Gi
Genre
: Romance, Friendship
Type :
Series
Author :
Lee Yeun-Ja
Yoona berjalan memasuki rumahnya ada semacam
perasaan aneh ketika ia masuk ke dalam rumah. Dan ketika ia menyalakan lampunya
tiba-tiba... “AKKH!”, teriak Yoona.
“Annyeonghaseyo, Yoona-ssi.”, ujar seorang
namja.
“Nugu? Dan apa-apan kau seenaknya memegang
aku. Lepaskan!”
“Shiro.”, sahut namja itu.
“DONGHAE OPPA!”, teriak Yoona namun Donghae
tidak mendengarnya karena ia sudah masuk ke dalam mobilnya.
“Yoona-ssi sebaiknya kau bekerja sama dengan
ku karena aku tidak ingin melukai yeoja cantik sepertimu.”, ancam namja itu.
“Haraso. Apa yang kau mau?”
Lalu kesadaran Yoona menghilang dan ia jatuh
pingsan. Namja itu lalu membawa Yoona ke suatu tempat. Keesokan harinya Yuri
diantar Hyukie ke kampus namun mereka belum mengetahui kalau Yoona menghilang.
“Oppa,
gumawo sudah mengantarkan aku. Hajiman...kenapa tadi tidak kita jemput Yoona?”
“Yuri-ah, Donghae bilang dia yang akan
menjemput Yoona. Kau pikir aku tega membuat kebahagian chigu ku hancur?”, ucap
Hyukie sambil tersenyum.
“Ne, araso.”, balas Yuri sambil membuka pintu
mobil Hyukie.
“Ah, Yuri-ssi!”, tahan Hyukie pada Yuri.
“Ne? Waeyo?”
“Eomma ku ingin bertemu denganmu.”
“Jeongmal? Eotteohge? Eonje? Eodi?”
“Ya! Yuri-ah kalau bertanya satu-satu donk!
Kau gugup? Aigoo nomu kyopta nan yeoja chingu.”
“Oppa...”
“Besok malam, eomma minta kau datang untuk
makan malam.”
“Ah, haraso. Yosh! OKE! Oppa, aku akan tampil
cantik besok kekekeke”, ucap Yuri sambil mengepalkan tangannya.
“Ne, haraso. Yuri-ah, bukankah kau tadi mau
turun?”
“Oh, ne. Annyeong oppa.”, ujar Yuri dan tidak
lupa ia kecup pipi Hyukie singkat.
Yuri menatap sekeliling kampus namun ia tidak
juga melihat Yoona. Yuri pun memutuskan untuk melihat papan pengumuman yang
sudah menempelkan beberapa nilai dari ujiannya. Tiba-tiba handphonenya
bergetar.
Trrrt...Trrrt...Trrrt...
‘My
Monkey’
‘Aigoo Hyukie oppa ini baru saja berpisah
kenapa sekarang sudah menelponku lagi.’, batin Yuri.
“Yoboseyo. Oppa waeyo? Bukankah kita baru
berpisah?”
“Yuri-ah apakah kau sudah melihat Yoona di
kampus?”
“Anni. Sepertinya dia belum sampai. Wae?”
“Donghae bilang Yoona tidak ada dirumahnya.
Dan handphonenya tidak dia angkat.”
“Mwo? Oppa kau jemput aku sekarang.”
“Aku sudah didepan kampusmu. Palliwa!”
Yuri pun bergegas menuju gerbang kampusnya
tanpa ia pedulikan panggilan dari teman-temannya yang lain. Dan ia langsung
duduk disamping Hyukie.
“Oppa, ppalli!”, teriak Yuri.
Selama perjalanan ke rumah Yoona, Yuri
terus-menerus menelpon Yoona namun benar yang dikatakan Donghae handphone Yoona
tidak bisa dihubungi. Selalu saja tersambung ke mail box. Terlihat mobil
Donghae terparkir di depan rumah Yoona dan Donghae sendiri berdiri di depan
pintu rumah Yoona.
“Donghae oppa! Bagaimana Yoona sudah bisa
dihubungi?”, cecar Yuri pada Donghae.
“Oh, Yuri-ah. Anni, dia belum juga menjawab.
Apa tadi malam Yoona menghubungimu? Mungkin dia mau pergi hari ini atau
apalah.”
“Anni.”
“Sudahlah daripada kita diam saja dan
menunggu di sini kita dobrak saja pintu ini.”, sahut Hyukie sambil mumdur
beberapa langkah.
“Andwe. Aku tahu kombinasinya. Yoona
memberitahuku kunci kombinasi supaya aku bisa masuk kapan pun aku mau.”, ujar
Yuri sambil mendekati pintu. Dan benar saja setelah kunci kombinasi itu Yuri
masukkan, pintu rumah Yoona terbuka. Dan betapa terkejutnya mereka melihat
kondisi rumah Yoona yang berantakan.
“Igeon mwoya?”, tanya Yuri sambil menatap
Hyukie.
“Molla.”
“Yoong...Yoona...”, panggil Donghae.
Merka mencari seluruh rumah namun Yoona tidak
juga mereka temukan. Lalu Donghae melihat tas Yoona yang ia gunakan tadi malam tergeletak
di dekat pintu.
“Hyukie, Yuri-ah jangan-jangan Yoona
diculik.”
“Hajiman oppa itu tidak mungkin. Pengamanan
dari lingkungan ini sangat ketat jarang sekali ada orang yang tidak dikenal
bisa masuk ke lingkungan ini.”
“Tpi Yuri lihatlah keadaan rumah Yoona
berantakan sekali dan ini tas yang Yoona pakai tadi malam tergeletak begitu
saja. Kalaupun ia pergi ke suatu tempat tidak mungkin hadphone dan dompetnya ia
tinggal.”, papar Donghae.
“Kalau begitu kita harus segera menelpon
polisi.”, ucap Yuri.
“Polisi sudah kutelpon. Sebentar lagi mereka
sampai di sini.”, sahut Hyukie tiba-tiba.
“Gumawo Hyukie-ah.”, ujar Donghae dengan
suara bergetar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Yoona saat ini. Ia takut
terjadi apa-apa dengan yeoja chingu nya. Dan kalau itu sampai terjadi ia tidak
tahu apa yang akan ia lakukan nantinya. Melihat kegelisahan pada sahabatnya
Hyukie mencoba menghibur Donghae.
“Donghae-ah, Yoona pasti baik-baik saja.”
“Oppa, Yoona itu yeoja yang kuat ia tidak
mungkin mudah terluka. Aku tahu siapa Yoona.”, sahut Yuri.
“Ne. Gumawo kalian sudah menemaniku sekarang.
Yuri-ah sebaiknya kau hubungi appa nya Yoona setidaknya dia harus tahu kalau
putrinya menghilang.”
“Aku sudah menelpon Im ajeossi dan mungkin
sekarang dia sedang dalam perjalanan kemari.”
Hari itu merupakan hari yang sangat
melelahkan bagi Donghae. Sampai malam menjelang belum juga ia mendapat kabar
dari polisi tentang keberadaan Yoona. Dan Im ajeossi sendiri sibuk menelpon
sanak keluarganya untuk mencari Yoona. Nampak jelas sekali kekhawatiran di
wajahnya. Donghae mengambil handphone Yoona yang belum ia nyalakan lagi. Dan
ketika ia menyalakan handphonenya tiba-tiba sebuah pesan masuk ke handphone
itu.
“YOONG?!”, teriak Donghae yang berhasil
membuat seisi ruangan terkaget-kaget. Baik appa Yoona, Yuri, Hyukie, Kyuhyun
dan Jessica berlari mendekati Donghae. Mereka melihat foto Yoona yang sedang
duduk di kursi dengan tangan dan kaki terikat juga mulut yang terselotip.
Tertulis pesan di foto itu “Donghae-ssi
jika kau ingin yeoja ini selamat kau harus pergi dari negara ini dan jangan
pernah kau kembali ke Korea. Jika kau tidak melakukan itu aku tidak bisa
berjanji apa yang akan terjadi padanya.”
Semua orang menatap bingung pada Donghae. Dan
Donghae sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. ‘Apa maksud semua
ini? Apakah Yoona diculik semua gara-gara aku? Tapi kenapa?’, batin Donghae.
“NEO! Apa yang sudah kau lakukan pada
putriku? Orang yang menculik Yoona pasti orang yang membencimu sampai-sampai ia
menculik Yoona.”, ucap tuan Im pada Donghae.
“Ajeossi, aku juga tidak tahu. Selama ini aku
tidak pernah merasa memiliki musuh.”, ujar Donghae ragu-ragu.
Merekapun kembali terdiam.
“Hyung, kemarikan foto itu. Kemungkinan kita
bisa melacak keberadaan Yoona dengan foto itu.”, ujar Kyuhyun memecah keheningan.
“Benarkah?”
“Ne. Karena foto ini dikirim menggunakan
email kita bisa melacak email itu dan melacak tempat pengiriman email itu.”,
papar Kyuhyun sambil mengutak-atik komputernya.
“ASA! Igeon! Disinilah orang itu mengirimkan
email itu pada kita. Hajiman, belum tentu tempat itu adalah tempat penyekapan
Yoona. Geulaeseo...”, ujar Kyuhyun.
“Kita pergi ke sana. Ajeossi sebaiknya anda
menunggu kabar dariku. Sehingga jika memang Yoona tidak ada di tempat itu
ajeossi bisa memikirkan langkah berikutnya.”, papar Donghae.
“Hyung, aku ikut.”, sahut Kyuhyun yang
diikuti anggukan dari Hyukie.
“Andwe. Kalian tetap disini saja dan bantu
tuan Im untuk memikirkan langkah berikutnya.”
“YA! Donghae neo michyeoss-eo?”
“Anni. Kalian belum juga sadar? Yang mereka
inginkan itu aku bukan kalian apalagi Yoona. Aku tidak bisa membuat kalian
berada dalam bahaya, sudah cukup Yoona yang menjadi korban.”
“Ne, araso. Tapi kau harus selalu menghubungi
kami.”
Donghae menganggukkan kepalanya dan ia
berlari menuju mobilnya. Donghae membuka nomor telpon yang sempat ia simpan
tanpa sepengetahuan yang lainnya ternyata ‘Pengirim Gelap’ itu memberikan nomor
yang harus Donghae hubungi dan Donghae tidak boleh ditemani siapa pun atau
keselamatan Yoona taruhannya. Ia meletakkan earphone dan menghubungi nomor
gelap itu.
“Yoboseyo? Aku ingin bicara dengan Yoona.”
Terdengar suara yeoja yang ia cintai dari
telpon. “Oppa, tolong aku. Aku takut sekali.”
“Yoona? Araso oppa pasti akan menolongmu. Kau
tenang saja. Haraso?”
“AKH!”, tiba-tiba terdengar Yoona berteriak.
“YOONG? WAEYO? YOONG?”
“Donghae-ssi bagaimana sudah puas bicara
dengan yeoja cantik ini? Sebaiknya kau cepat datang atau akan terjadi sesuatu
pada yeoja cantik ini.”, ancam namja itu.
“Kalau sampai Yoona terluka atau jika kau
sentuh Yoona seujung kuku pun kau dan yang lainnya tidak akan oernah
kulepaskan. ARASO?”
“WOW... kau terdengar seperti macan yang akan
menerkam mangsanya. Hahahaha...”, dan telpon pun terputus.
Donghae semakin mempercepat laju mobilnya. Yang
ada dalam pikirannya saat itu hanyalah keselamatan Yoona gadis yang sangat ia
cintai. Tibalah Donghae di sebuah gedung tua yang sudah lama tidak terpakai. Dan
ketika ia membuka pintu mobilnya dua orang namja mendekatinya dan langsung
menyeretnya secara paksa, dengan tidak ada perlawanan dari Donghae.
Dok...Dok...Dok...
“Bos, dia sudah datang dan dia sendiriran.”,
ucap salah seorang namja yang memegangi Donghae.
Pintu terbuka dan Donghae bisa dengan jelas
melihat Yoona yang terikat di sudut ruangan. “YOONG!”, teriak Donghae. Yoona
hanya bisa menatap Donghae tanpa mengatakan apapun karena mulutnya dibekap.
“NEO! Lepaskan dia! Biarkan dia pulang.”
“Andwe. Aku ingin dia melihat kau menderita.”
“Sebenarnya kalian ini punya masalah apa
denganku?”
“Ohohoho kami tidak ada masalah denganmu. Kami
ini hanya dibayar dan kami akan melakukan apapun yang diminta olehnya.”
“Nugu? Cepat pertemukan aku dengan dia!”
“Ikat dia!”, perintah namja yang dipanggil ‘Bos’.
Ketiga namja itu meninggalkan Yoona dan
Donghae di dalam ruangan. Terdengar suara pintu dikunci dari luar.
“Yoong, gwenchana?”
“Mianhe, Yoong. Gara-gara oppa kau jadi
terlibat bahaya seperti ini.”
Krrrk...Krrrk...
“Annyeong!”, tiba-tiba terdengar suara yeoja
dari speaker yang ada di ruangan itu.
“YAK! NEO! Kenapa kau lakukan ini pada kami?”
“Oppa, seharusnya kau tanya pada dirimu
sendiri. Oppa kau benar-benar sudah lupa padaku? Aish nappeun salam! Kenapa
oppa memilih yeoja itu? Dia tidak cantik! Bahkan tubuhnya kurus seperti tulang
berbalut kulit saja. Dulu oppa memilih Sica dan sekarang oppa memilih yeoja
murahan seperti dia? Wae oppa? Wae?”
“Sunye-ssi?”
“Joh-a! Oppa nomu bogo sip-eo. Oppa kalau kau
mau aku melepaskan kalian berdua oppa harus berjanji padaku akan meninggalkan
dia dan ikut bersamaku ke Amerika. Eotteohge?”
Donghae menatap lekat wajah Yoona. Yoona
menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin Donghae meninggalkan dia sendiri. Karena
Yoona terlalu cinta pada Donghae.
“Sunye-ssi, tidak kusangka kau sekarang sudah
berubah. Apa semua ini karena kau pindah ke Amerika?”
Tiba-tiba pintu terbuka dan Sunye menampakkan
wajahnya pada Donghae dan Yoona.
“Anni. Aku memang seperti ini. Yang kutahu
jika kau tidak bisa memiliki ssesuatu dengan suka rela maka kau hanya tinggal
merebutnya.”
“Sunye-ssi, walaupun aku ikut denganmu ke
Amerika tapi aku tetap tidak akan bisa melupakan yeoja yang ada didepanku ini. Wajahnya,
matanya, senyumnya, tawa riangnya tidak akan pernah bisa kulupakan.”
“Hahahaha oppa kau terlalu kuno. Seiring berjalannya
waktu kau juga akan melupakan yeoja itu.”
“Anni. Karena yeoja ini adalah matahariku
jadi selama matahari bersinar cerah maka aku akan tetap mengingatnya dan
mencintainya. Sunye-ssi, kau tidak pernah mencintai aku. Kau hanya terobsesi
ingin memiliki aku. Cinta dan obsesi adalah dua hal yang berbeda.”
“OPPA! NEO! KAU TIDAK TAHU APA-APA TENTANGKU.”,
teriak Sunye pada Donghae.
“Kau masih tetap sama nae dongsaeng. Masih mudah
tersulut emosi. Sunye-ssi, Yoona tidak salah apapun. Maukah kau melepaskannya?”
Sunye berbalik menatap Yoona, dia tersenyum
sinis pada Yoona. “Melepaskannya? Oppa kau tahu syarat dariku kan? Aku akan
dengan senang hati melepaskannya asal kau ikut aku ke Amerika.”, sahut Sunye
sambil berjalan mendekati Yoona.
“Sunye! Jangan lukai dia! Jebal!”
Sunye menyentuh wajah Yoona dan dalam sekali
hentakan ia melepaskan lem yang menempel di bibir Yoona dan membuat Yoona
meringis kesakitan.
“SUNYE!”,Donghae tidak tega melihat Yoona
meringis kesakitan.
“Araso! Sunye kita pergi ke Amerika. Aku akan
meninggalkan Korea dan tinggal bersamamu di Amerika.”, sahut Donghae putus asa.
“ANDWE! Oppa andwe. Oppa kau tidak boleh
pergi ke Amerika.”, pinta Yoona dengan suara terputus-putus.
“NEO!”
PLAK...
Sunye menampar wajah Yoona dengan keras sampai-sampai mulut Yoona terluka
dan mengeluarkan darah.
“YOONG! Gwenchana?”
“Semua ini jadi tidak menarik lagi. Walaupun
oppa ikut aku ke Amerika, pikiran oppa akan tetap di Korea. Dan itu membuatku
malas untuk memohon pada oppa untuk ikut aku ke Amerika. Malam ini aku pulang
ke Amerika, kalian lakukan sesuka kalian pada kedua orang ini. aku sudah tidak
perduli.”, ujar Sunye pada orang-orang suruhannya.
“Sunye-ssi. Tolong lepaskan Yoona. Sunye-ssi!”,
Sunye terdiam beberapa saat, “Pukuli dia sampai dia tidak lagi bisa bicara!”,
perintah Sunye sambil menunjuk Donghae.
Walaupun Donghae bisa bela diri namun melawan
tiga namja sekaligus apalagi dengan tangan terikat pada kursi membuat
kesempatan Donghae untuk menang semakin kecil.
“Eonni, tolong jangan lakukan itu pada
Donghae oppa. Bagaimanapun kau mencintainya kan?”, pinta Yoona.
“Jika aku tidak bisa memiliki oppa maka tidak
seorang pun boleh memiliki dia.”
Donghae diserang dari berbagai sisi. Mereka menyerang
Donghae dalam waktu bersamaan sehingga Donghae kewalahan untuk menangkis
serangan-serangan itu. Yoona yang melihat Donghae semakin lemah terus-menerus
memohon pada Sunye untuk menghentikan orang-orangnya memukuli Donghae.
“Eonni, kumohon lepaskan Donghae oppa. Aku bersedia
melakukan apa saja agar kau melepaskan Donghae oppa.”
Sunye tersenyum mendengar perkataan Yoona. “Haraso!
Berhenti pukuli dia! Ada tontonan yang lebih menarik daripada pertandingan
kalian.”
Sunye melemparkan botol-botol soju ke lantai.
Pecahan-pecahan botol itu ia buat seperti jalan setapak yang menuju tempat
Donghae berada.
“Lepaskan ikatan yeoja ini!”, perintah Sunye.
Setelah ikatan Yoona terlepas ia menarik
tubuh Yoona ke depan pecahan-pecahan botol yang tadi ia buat.
“Kau bilang kau mencintai Donghae oppa,
benarkan?”
“Ne.”
“Akan kuberi kau pilihan agar aku melepaskan
kalian berdua. Pertama kau biarkan Donghae oppa ikut aku ke Amerika, pilihan
kedua kau biarkan Donghae oppa dipukuli oleh namja-namja itu sampai aku merasa
sakit hatiku pada oppa tuntas atau yang ketiga kau berjalan menuju Donghae
namun melewati pecahan-pecahan ini dengan bertelanjang kaki. Bagaimana? Mana yang
akan kau pilih?”
“Eonni, aku memilih yang ketiga!”, jawab
Yoona pasti.
“Kau serius? Yeoja sepertimu tidak akan kuat
melewati ini.”
“Ne.”
“Araso, kalau begitu lepaskan sepatumu!”
Yoona melepaskan kedua sepatunya dan berjalan
perlahan menuju jalan setapak yang Sunye buat tadi. Pelan-pelan Yoona mendekati
pecahan-pecahan botol tadi.
“Yoong, andwe. Kau akan terluka, Yoong!”
Yoona tersenyum menenangkan namja chingunya. Yoona
tahu kalau saat itu ia seperti berjuang
dengan nyawa. Yoona melangkahkan kaki kanannya ke pecahan kaca itu yang dengan
mudahnya merobek kulir Yoona. Darahpun merembas pada sisi kaki Yoona. Kesakitan
yang luar biasa Yoona rasakan pada kakinya namun itu tidak membuat Yoona
berhenti. Yoona terus berjalan pada pecahan kaca itu. Percikan soju yang ada di
lantai membuat penderitaan Yoona semakin menjadi.
“Yoong berhentilah. Kau bisa kehabisan darah
nanti.”, pinta Donghae.
“Oppa kau tahu aku tidak mau berhenti di
tengah jalan. Aku akan baik-baik saja oppa.”, sahut Yoona sambil menunjukkan senyumnya yang manis.
BRAK!!
~TBC~
5 komentar:
wahh chingu FFnya makin daebak aja...
lanjutin yahh chinguu jgn lm" g sbar nunggu kelanjutannya..
nm ak Narsha eonni.
Eonni ffnya keren..
lanjutin yah eonni jgn lm" #sambil pake puppy eyes
mian maksa hehe :P
mksh chingu udah baca ff aku. makin semangat nih hehehe
chingu post selanjutnya mana????
kya~ daebak ! neomu daebak onnie !
Posting Komentar